MAKALAH INSTRUMEN MONETER MAKRO KONVENSIONAL DAN ISLAM
Dosen Pengampu : Anas Malik, S.E.I.,M.E.Sy
Disusun oleh : Kelompok 7
Kurnia Utami : 1651020041
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PRODI PERBANKAN SYARIAH A
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allas Swt. Karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu, adapun tujuan membuat makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Akad Bisnis dan Perbankan . Dalam makalah ini saya memahas tentang Kafalah dan Wakalah. Dalam menyelesaikan makalah ini saya menemui beberapa masalah yang dihadapi.
Namun karena ini adalah tugas sebagai kewajiban mahasiswa saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah ini. Dalam pengerjaan makalah ini pun saya berterimakasih kepada:
Bapak Anas Malik S.E.I., M.E.I yang telah memberikan tugas mata kuliah Ekonomi Makro. Adapun dengan pemberian tugas ini saya dapat menambah pengalaman dalam proses penyusunan makalah serta pembelajaran materi yang ditugaskan.
Beberapa pihak yang turut menyelesaiakan makalah ini,sehingga saya mudah menyelesaikan tugas makalah ini.Yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Saya pun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Tetapi semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 19 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Penghantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II Pembahasan
A. Instrumen Makro Konvensional 3
B. Instrumen Makro Islam 5
C.Aplikasi Instrumen Islam
BAB III Penutup
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter, Bank Sentral melakukan hal tersebut melalui kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan bank sental untuk mengendalikan jumlah maksimum suka bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bnak-bank dan menentukan porsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan dan kredit kontruksi lainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Instrument Moneter Konvensioanal?
2. Apa Saja Macam-Macam Instrument Moneter Konvensional?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Instrumen Moneter Islam?
4. Apa Saja Bagian-Bagian Instrumen Moneter Islam?
5.Apa Saja Aplikasi Instrument Moneter Islam?
C.Tujuan
1. Mengetahi Apa Yang Dimaksud Dengan Moneter Konvensional.
2. Mengetahui Macam-Macam Instrument Moneter Konvensional.
3. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Instrument Moneter Islam.
4. Mengetahui Bagian-Bagian Instrument Moneter Islam.
5. Mengetahui Apa Saja Aplikasi Instrument Moneter Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Moneter Konvensional
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai tukar uang suatu negara. otoritas moneter, atau Bank Sentral, melakukan hal tersebut melalu kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan, dan kredit konstruksi lainnya.
Tindakan-tindakan Bank Sentral dalam mengimplementasikan kebijakan- kebijakannya tersebut telah mengalami evolusi yang panjang sepanjang sejarah begitu juga dengan bentuk kebijakan dari Bank Sentral itu sendiri. Bank sentral tersebut dalam melakukan implementasi kebijakannya mempunyai empat macam instrumen (alat) utama yaitu:
1. Operasi pasar terbuka (Open Market operation) atau OMO yang memengaruhi jumlah uang beredar;
2. Tingkat diskonto (Discount Rate) atau fasilitas diskonto yang mempengaruhi biaya uang;
3. Ketentuan cadangan minimum (Restrve requirement) atau mempengaruhi jumlah minimum dana pihak ketiga yang harus di simpan (tidak boleh di salurkan sebagai kredit) oleh bank;
4. Himbauan moral (moral suasion) yang mempengaruhi tindak tanduk para banker dan manajer senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan operasional keseharian bisnisnya agar searah dengan kepentingan publik/pemerintah.
Dikarenakan adanya jeda waktu (time lag) antara penerapan (implementasi) kebijakan moneter dengan akibat pada tujuan akhir yang ingin dicapai di dalam menerapkan kebijakan moneter yang tepat untuk tujuan ekonomi tertentu,maka harus digunakan suatu sasaran antara (intermediate target) serta indikator antara. Oleh karna itu ,pemakain sasaran-sasaran antara dan indikator-indikator yang tepat adalah masalah yang mendasar dalam implementasi kebijakan moneter sebagai mana hal tersebut juga adalah tuntunan bagi pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan akhir.
5. Open Market Operation
Definisi open Operations (OMO) atau operasi Pasar Terbuka adalah pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah (government securities) yang diakukan oleh Bank Sentral. Sekuritas pemerintah tersebut biasarya berbentuk obligasi.Jika kita mengambil contoh Amerika Serikat, maka kita akan melihat bentuk-bentuk sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah (dalam hal ini Departemen Keuangan atau Treasury Department) seperti Treasury Bill atauT-Bill (Jangka pendek, <5 tahun) Treasury Notes (jangka menengah, 5 ~10 tahun), dan Treasury Bonds (jangka panjan >10 tahun) . Biasanya yang digunakan oleh Bank Sentral sebagai objek oMo adalah sekuritas pemerintah jangka pendek saja
Pada saat Bank Sentral melakukan kegiatan jual dan beli sekuritas pemerintah tersebut, perekonomian akan terpengaruh dalam tiga hal yaitu;
Perubahan jumlah giro cadangan(reserve) institusi finansial. Jika Bank Indonesi (BI) membeli Rp10 triliun obigasi pemerintah dari institusi penyimpanan finansial, maka BI dianggap telah membayar dengan meningkatkan jumlah cadangan giro institusi tersebut. Artinya, institusi penyimpanan finansial tersebut telah mengubah struktur aset dalam portofolionya. Institusi tersebut sekarang mempunyai kurang Rp10 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah dan Rp10 triliun lebih dalam bentuk giro cadangan pada BI. BI sekarang mempunyai kenaikan Rp10 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah pada asetnya dan kewajibannya meningkat Rp10 triliun dalam bentuk cadangan giro dari institusi penyimpanan finansial. Giro cadangan institusi finansial juga meningkat apabila BI membeli obligasi pemerintah dari sektor swasta. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila BI membeli obligasi pemerintah, maka giro cadangan institusi penyimpanan finansial akan meningkat sejumlah obligasi pemerintah yang dibeli oleh BI tersebut. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa jika hal-hal lainya tetap, maka jumlah penawaran uang akan meningkat (M*↑) dalam jumlah tertentu dari pembelian yang dilakukan oleh BI tersebut dimana tingkat kegiatan perekonomian akan meningkat pula. Sebaliknya jika BI menjual obligasi pemerintah , maka akan terjadi hal-hal yang sebaliknya dimana akan terjadi kontraksi pada penawaran uang (M*↓) yangakan berakibat pada turunya tingkat kegiatan perekonomian.
Perubahan harga dan hasil (yield) dari sekuritas apabila terjadi perubahan harga obligasi , maka akan terjadi perubahan dari hasil (yield) dari obligasi tersebut. Peningkatan pembelian obligasi akan mengakibatkan peningkatan harga obligasi yang akan mengakibatkan sejumlah penurunan dari yeard obligasi tersebut, sebaliknya penurunan pembelian obligasi akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan meningkatkan yield dari obligasi tersebut. Karna bank sentral adalah pembeli/penjual besar dari sekuritas pemerintah relative di banding pembeli/penjual lainya sehingga bank sentral dapat secara langsung mempengaruhi tingkat harga dari obligasi pemerintah tersebut, serta secara langsung memengaruhi tingkat bunga yang kemudian akan memengaruhi tingkat suku bunga jangka pendek lainnya. Pada prinsipnya, Bank Sentral dapat memengaruhi tingkat bunga jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang dengan melakukan pembelian atau penjualan secara agresif pada pasar pasar tersebut. Untuk memelihara suatu tingkat harga tertentu (sekaligus juga tingkat suku bunga tertentu) dari suatu obligasi, Bank Sentral hanya perlu memiliki kesiapan untuk membeli ataupun menjual sekuritas pemerintah dalam jumlah sebesar yang para pedagang (trader) lainnya bersedia untuk menjual atau membelinya pada harga tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Bank Sentral tidak dapat memagu tingkat suku bunga serta sekaligus memagu pertumbuhan penawaran uang pada tingkat yang tidak konsisten dengan tingkat suku bunga yang tertentu tersebut.
Perubahan perkiraan (expectation) dari keseluruhan perekonomian. Terdapat suatu efek yang dinamakan 'announcement effect" dari kegiatan OMO yang dila- kukan oleh Bank Sentral. Para ekonom dan analis moneter yang bekerja di Bank Sentral akan mengamati, menelaah, dan kemudian membuat suatu prediksi tentang bagaimana efek dari OMO yang akan terjadi terhadap variabel-variabel ekonomi seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan juga pada kehidupan keseharian mereka sendiri. Sayangnya, tidak ada suatu kesepakatan umum di antara para ekonom tentang bagaimana perkiraan perubahan khususnya jika terjadi perubahan akibat OMO tertentu. Contohnya adalah jika Bank Sentral melakukan pembelian sekuritas pemerintah yang di satu pihak dapat dianggap sebagai kebijakan moneter ekspansioner yang mengakibatkan turunnya tingkat suku bunga, meningkatnya produksi dan investasi bisnis, serta meningkatnya tingkat pembelanjaan konsumen . di lain pihak, suatu kebijakan moneter yang ekspansioner akan mendorong timbulnya harapan tentang akan tetap tingginya penawaran uang di masa depan dan antisipasi terhadap inflasi. Perkiraan akan tingginya inflasi akan mendorong kreditor untuk menambahkan premi inflasioner pada suku bunga riil yang akan mengakibatkan naiknya tingkat suku bunga nominal, Lebih lanjut, perkiraan akan tingginya tingkat inflasi menghambat terjadinya investasi bisnis dan pembelanjaan konsumen
Biasanya kebijakan OMO ini dikeluarkan dan ditentukan melalui suatu komite operasi pasar terbuka. Jika mengambil contoh Amerika Serikat, Federal Reserve system (Bank Sentral Amerika Serikat) atau 'The Fed' mempunyai suatu komit yang dikenal dengan nama FOMC (Federal open Market Committee). FOMC inilah yang memberikan arahan (directive) kepada account managers dari badan pelaksana (New York Fed). Arahan FOMC pada account managers tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu
Bagian A: Pernyataan kualitatif dari tujuan stabilisasi contohnya adalah, tingkat pengangguran yang rendah, tingkat inflasi yang rendah, pertumbuhan output riil yang stabil, serta perbaikan neraca pembayara;
Bagian B: Rentang sasaran yang spesifik untuk tahun depan. Sasaran-sasaran dapat berbeda-beda setiap tahunnya, tetapi biasanya dinyatakan sebagai kondisi kredit, tingkat suku bunga, dan agregat moneter seperti M1 dan M2,
Bagian C: daftar tujuan jangka pendek (2 bulan ) yang berkaitan dengan hari- hari besar/khusus tertentu, di mana kebocoran uang (currency leakages) besar terjadi, yang konsisten dengan tujuan di Bagian B .
FOMC tidak menentukan tujuan tertentu untuk cadangan dalam sistem. Adalah bergantung pada account managers untuk menentukan nilai nominal uang dari seku ritas yang akan diperjualbelikan di pasar terbuka dalam rangka mencapai tujuan yang dimandatkan dalam arahan. Tentu saja kekuasaan dari account managers tersebut tidak terbatas, apabila FOMC merasa arahannya tidak dilaksanakan, maka FOMC dapat saja mengeluarkan instruksi verbal tambahan kepada account managers tersebut sebelum pertemuan berkala FOMC (13 kali dalam setahunnya) yang berikutnya.
Arahan FOMC tersebut tidak secara langsung dipublikasikan secara umum namun biasanya setelah 30 hari sejak tanggal dikeluarkan. Alasan dari hal tersebut adalah karena sebagian orang dapat bertindak lebih cepat dari sebagian orang yang lainnya dan mengambil keuntungan dari hal tersebut sehingga terjadi kerugian pada pihak-pihak tertentu sehingga FOMC perlu melakukan tindakan pencegahan.
Pelaksanaan kebijakan tersebut dengan kerahasiaan yang amat sangat dilakukan dengan cara melakukan jual dan beli secara simultan melalui pedagang-pedagang sekuritas agar net poison The Fed tidak dapat dengan mudah diketahui.Namun demikian, ada kritik yang menghendaki akar informasi tersebut dipubli kasikan secepatnya karena pada zaman globalisasi informasi ini pembukaan informasi jarang menguntungkan sebagian orang dan sekaligus merugikan sebagian orang. Yang jelas, menurut kritik tersebut, kerahasiaan kebijakan hanya akan menciptakan keuntungan yang tinggi (high premium) bagi orang-orang yang mendapatkan informasi dari dalam (inside information).
Dalam operasional kesehariannya, setelah account managers tersebut menerima arahan dari FOMC, maka mereka akan mengarahkan trading staff-nya dan kemudin terjadilah aksi-transaksi OMO. Dalam pelaksanaannya, OMO terdiri dari dua jenis transaksi yaitu:
1. pembelian dan penjualan lengkap di mana jika bank sentral menjual suatu sekuritas, maka tidak ada kewajiban bagi bank sentral untuk membelinya kembali. Begitu juga sebaliknya bagi pembeli tidak ada kewajiban menjualnya kembali kepada bank sentral;
2. Pembelian di bawah perjanjian pembelian kembali (REPO) dan penjualan yang sesuai di bawah perjanjian penjualan kembali (Reverse REPO atau matched transaction). Dalam hal ini, bank sentral membeli sekuritas dari dealer dan dealer sepakat untuk membeli kembali sekuritas tersebut dengan harga dan waktu tertentu. Dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman kepada dealer dan tingkat suku bunga ditentukan melalui pelelangan di antara dealer. Reverse REPO adalah sebaliknya, The Fed menjual sekuritas kepada dealer dan dealer menjual kembali sekuritas tersebut kepada The Fed.
Awalnya REPO dan Reverse REPO, yang merupakan kontrak jangka sangat pendek (angka 7~15 hari) ini digunakan terutama oleh bank-bank komersial besar dan dealer sekuritas pemerintah untuk pembiayaan alternative dari simpanan sekuritas pemerintahnya. Namun pada akhir-akhir ini REPO dan Reverse REPO tersebut telah digunakan secara rutin oleh berbagai institusi finansial baik bank maupun non-bank dalam berbagai ukuran, sehingga New York Fed cenderung menggunakan transaksi REPO dan Reverse REPO tersebut untuk mengimplementasikan arahan kebijakan moneter dan menjadikannya sebagai suatu alat investasi untuk institusi keuangan asing serta juga bagi otoritas moneter asing.
Melihat kepada rentang waktunya, dapat diindikasikan bahwa penggunaan REPO dan Reverse REPO dalam OMO ini hanya pada saat The Fed ingin mengubah cadangan institusi penyimpanan finansial secara temporer.
Dynamic OMO didesain untuk mengubah tingkat cadangan dari instituti penyimpanan finansial melalui penjualan dan pembelian sekuritas secara menyeluruh. Sebaliknya, Defensive OMO penyesuai penyeimbang yang ditujukan untuk memelihara tingkatan keseluruhan cadangan dari institusi penyimpanan. Dari waktu ke waktu perekonomian menghadapi berbagai kejadian baik yang sudah diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang secara otomatis dan temporer mengubah cadangan total dan atau penawaran uang.
Dalam rangka menjaga perekonomian pada tingkatan tertentu serta memelihara cadangan keseluruhan, tindakan defensif jangka pendek sangat dibutuhkan. REPO dan Reverse REPO, karena sifat alamiahnya yang berjangka pendek tersebut, dirancang untuk menjadi media defensif, di mana REPO adalah untuk menyediakan cadangan temporer, sedangkan Reverse REPO untuk mengurangi kelebihan cadangan temporer (temporary reserve excess).
1. Discount Rate
Instrumen kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank-bank untuk meminjam uang secara langsung kepada bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct advance atau over-draft yang disekuritisasi dengan aset-aset tertentu (biasanya sekuritas pemerintah) pada saat sekarang. Biaya peminjaman (bunga) dari pinjaman itulah yang disebut sebagai ‘Discount Rate’ atau Fasilitas Diskonto.
Pada saat ini, hanya sebagian kecil dari cadangan yang dimiliki oleh bank-bank yang dipinjam dari Bank Sentral. Kebanyakan peminjaman yang dilakukan oleh bank- bank adalah untuk kepentingan pemenuhan pembayaran dana pencairan simpanan yang dilakukan oleh nasabah penyimpan atau deposan serta (reserve outlow), sehingga peminjaman tersebut biasanya dilakukan hanya untuk penyesuaian dan jangka waktu beberapa hari saja. Ketersediaan dana kredit ini mengizinkan bank sentral untuk menarik cadangan dari sistem perbankan melalui OMO, jika dianggap perlu dalam pencapaian kebijakan makroekonomi, tanpa perlu khawatir tentang adanya bank-bank yang menghadapi kesulitan memenuhi keten- tuan Reserve Requirement-nya.
Fasilitas Diskonto ini juga membuat bank-bank yang kesulitan dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya (seasonal reserve deficiency) tanpa harus mengurangi portofolio peminjaman atau melakukan penyesuaian-penyesuaian lainnya. Ketersediaan kredit ini juga membebaskan bank-bank (terutama bank-bank kecil dan bank-bank rural yang biasanya kurang akses dan atau informasi terhadap pasar uang nasional) untuk harus memegang portofolio aset likuid (seperti jangka pendek pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi kebutuhan peminjaman musiman. Akibatnya, bank-bank tersebut dapat menggunakan bagian yang lebih besar dana yang dapat diserapnya (giro-tabungan-deposito) dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan dana kredit oleh masyarakat dalam basis tahunan. Karena sifat alamiah dari pinjaman musiman, kredit tersebut sering kali sangat besar pada bank-bank tertentu serta berlangsung beberapa bulan lamanya.
Akses bank-bank terhadap sistem peminjaman tersebut tidaklah otomatis karena adanya sistem yang mengendalik besaran peminjamannya melalui surat prosedur adminitrasi serta peraturan dan kondisi suatu (yang mengevaluasi kelayakan alasan pinjaman tersebut) Bank Sentral dan melalui penyesuaina dari tingkat diskoto. Kadangkala, tingkat diskoto diubah untuk menciptakan sinyal yang nyata tentang arah tingkat suku bunga dinginkan oleh Bank Sentral. Lebih sering lagi adalah pergerakan tingkat diskoto merefleksikan penyesuaian yang mencegahnya bias dari tingkat bunga pasar.
Kredit yang diberikan oleh bank sentral tersebut biasanya terdiri dari tiga kategori yaitu:
1. Kredit Penyesua (Adjustment Credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi untuk menghadapi aktivitas peminjaman dan kredi yang tidak terantisipasi;
2. Kredit Musiman (Seasortul Credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi tertentu (seperti bank pertanian) untuk mempunyai akses khusus pada jendela diskoto (discount window) untuk membiayai aktivitas musiman seperti liburan, musim tanam, dan musim panen. Kredit musiman ini biasanya disediakan untuk institusi-institusi peminjaman yang tidak mempunyai akses dan atau informasi ke pasar uang nasional;
3. Kredit Perpanjangan (Extended credit), Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang dari institusi peminjaman yang sedang menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh masalah arus kas yang berlarut-larut.
Jika bank sentral mampu dan bersedia untuk menyediakan kredit dengan tingkat suku bunga tertentu dan dalam jumlah berapa pun, maka dapat dikatakan bahwa dengan instrumen tingkat diskonto ini bank sentral dapat mengendalikan tingkat bunga jangka pendek secara langsung.
Reserve Requirement
Industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banya dibuat peraturan tentangnya (heavily regulated industry). Salah satu bentuk pengaturan tersebut adalah Ketentuan Cadangan Minimum (Reserve Requirement) atau RR yang biasanya ditetapkan berdasarkan suatu undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Peraturan RR ini dirancang untuk menjamin pemilik uang atau nasabah penyimpan (deposan)yang menyimpan uang di bank akan mendapatkan uangnya jika ia menarik simpanannya (deposit). Walaupun demikian, tidak semua dana simpanan tersebut dicadangkan karena bagi bank sendiri sebenarnya RR ini mergikan karena idle cash yang diatur oleh RR tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Peraturan RR ini sendiri berubah-ubah besaran persentasenya untuk mengakomodasi dan memfasilitasi peraturan moneter yang berlaku serta untuk tujuan atau sasarannya bank sentral.
Dalam praktiknya RR ini menentukan berapa besar persentase minimum dari dana simpanan deposan yang harus dicadangkan oleh bank baik di dalam kasnya tersebut pada rekeningnya di bank sentral. Pada waktu yang lalu dana cadangan lebih besar untuk demand deposit (rekening giro) dibandingkan dengan cadangan untuk time deposit (deposito berjangka), namun pada saat ini ketentuan RR ini dihitung berdasarkan simpanan total deposan tanpa membedakan apakah itu giro, tabungan, ataupun deposito. Dibanyak negara ketentuan RR ini oleh bank sentralnya diharuskan agar dihitung dalam jangka waktu mingguan dan menjadi kewajiban bagi bank-bank untuk memenuhinya.
Moral Suasion
Bank sentral menggunakan pengaruhnya (kekuatan himbauan moral) untuk mendorong institusi finansial agar cenderung berpihak kepada kepentingan publik. Bank Sentral biasanya menggunakan himbauan moral untuk meyakinkan para bankir dan manajer senior institusi-institusi finansial agar lebih memerhatikan kepentingan jangka panjang dari pada kepentingan jangka pendek institusinya. Contohnya adalah pada saat terjadi inflasi, bank sentral dapat menyarankan pada institusi-institusi finansial agar mengurangi pemberian pinjaman (kredit) yang sekaligus juga bersifat mendinginkan perekonomian yang sedang panas (overheated).
Dalam praktiknya, himbauan moral dapat ditransformasikan menjadi suatu instrumen yang sangat hebat yaitu apabila bank sentral mengumumkan bahwa bank sentral akan mencatat institusi-institusi mana saja yang bekerja sama dan mana yang tidak meminjamkan pada discount window. Lebih dari itu, karena bank sentral dapat melarang penggabungan (merger) bank-bank, bank sentral mempunyai kekuasaan untuk menggunakan himbauan moral tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran dari kebijakan moneter.
B. Aplikasi Instrumen Moneter 1.Konvensional di Indonesia
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, seperti juga bank sentral lainnya di dunia, mempunyai beberapa instrumen moneter yang antara lainnya sebagai berikut:
OMO melalui jual beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar uang (saat ini tingkat suku adalah sebesar 17,58%);
RR yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) (sebesar 5% pada saat ini);
Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditentukan Bank Indonesia (BI)( sebesar 8% pada saat ini;
Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti sektor usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan;
Sistem pengawasan perbankan yang memakai sistem forward looking risk-based supervision yang mengacu pada standar internasional;
Fit end Proper Test yang ditujukan untuk orang-orang yang akan menduduki posisi penting di bank-bank umum di mana orang-orang tersebut harus lulus tes sebelum menduduki jabatan tersebut;
BPMK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) yang ditujukan untuk membatasi pemberian kredit kepada kelompok usaha sendiri oleh bank-bank
C. Instrumen moneter Islam
1.Mazhab pertama( Iqtishaduna)
Pada masa awal Islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan- perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan diskresioner. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan uang. karena kredit hanya digunakan di antara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promissory notes) dan instrumen negosiasi (negotiable instruments) dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit tersebut menciptakan uang.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Tujuan kebijakan moneter yang diberlakukan oleh pemerintah adalah maksimisasi sumber daya (resources) yang ada agar dapat dialokasikan pada kegiatan perekonomian yang produktif. Di dalam Alquran sudah jelas bahwa kita diarang untuk melakukan penumpukan uang (money hoarding) yang pada akhirnya akan menjadikan uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kekayaan yang iddle tersebut akan menjadikan sumber dana yang pada awalnya bersifat produktif menjadi tidak produktif. Oleh sebab itu, mazhab kedua ini merancang sebuah instrumen kebijakan yang ditujukan untuk memengaruhi besar kecilnya permintaan uang (MD) agar dapat dialokasikan pada peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.
3. Mazhab Ketiga (Alternatif )
Mazhab ketiga ini sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran ilmiah. dari Dr M.A. Choudhury. Sistem yang kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah syuratig process yaitu di mana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian dituangkan dalam bentuk instrumen biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan- kebijakan di sektor riil.
Menurut pemikiran yang ada pada mazhab ini, kebijakan moneter itu adalah repeated games in game theory di mana bentuk kurva penawaran dan permintaan uang adalah seperti tambang yang melilit dan ber-slope positif sebagai akibat dari knowledge induced process dan informasi sharing yang amat baik. Untuk lebih jelasnya marilah kita telaah ilustrasi grafis sebagai berikut;
Bagaimana bisa begitu Jika kita ingin kembali bahwa mazhab yang mengatakan bahwa keseimbangan yang terjadi di sektor moneter adalah derivasi dari keseimbangan terjadi di sektor riil ditambah pula bahwa kebijakan sektor moneter adalah harmonisasi dengan kebijakan di sektor riil lebih jelas ya marilah kita perhatikan ilustrasi
Jadi pergeseran dan pergerakan permintaan agregat dan penawaran agregat hias akan menghasilkan persyaratan pergerakan permintaan uang MD yang ini akan ditindaklanjuti dengan kebijakan moneter yang diimplementasikan dengan instrumen-instrumen wanita sehingga terjadi pergeseran dan pergerakan penawaran uang MD hal ini Jika melihat pada teori ekonomi konvensional adalah apa yang dinamakan dengan Dynamic equilibrium.
Contoh dari proses dl atas adalah jika terjadi peningkatan permintaan Agregatif (pada ilustrasi AD1 ke AD2) sebagai akibat dari peningkatan-peningkatan pada tingkat konsumsi,atau net-exsport atau tingkat investasi, atau tingkat pembelanjaan pemerintah, maka akan terjadi kenaikan permintaan uang (pada gambar MD1 ke MD2) di pasar uang. Respon dari Bank Sentral sebagai otoritas moneter, yang sesuai dengan mazhab ini di mana otoritas moneter hanya mengeluarkan kebijakan yang harmonis dengan kondisi sektor riil, adalah dengan meningkatkan penawaran uang (pada ilustrasi dari MS1 MS2). Jika kemudian terjadi lagi peningkatan permintaan uang (MD), maka otoritas moneter akan merespon dengan hal yang sama yaitu meningkatkan lagi penawaran uang (MS).
Harmonisasi antara sektor riil dan sektor moneter yang kemudian menurut Dr.M.A. Choudhury akan menghasilkan suatu kurva jangka panjang MS dan MD yang berbentuk seperti jalinan tambang yang harmonis dengan pertumbuhan pendapatan nasional (Y).
Aplikasi Instrumen Moneter Islam
1. Sundan
Pada masa sebelum diberlakukannya syariah Islam pada sistem perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan (BOS) sangat tergantung pada instrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga, plafon kredit (credit ceiling), ketentuan rasio likuiditas (statutory liquidity ratio), dan tingkat diskonto. Pada awalnya instrumen- instrumen tersebut sangat efektif karena perekonomian Sudan yang mempunya karakteristik yaitu sistem finansial yang non-kompetitif, pasar model primer dan sekunder yang belum berkembang, serta kelangkaan modal. Namun karena instrumen-instrumen langsung tersebut mengakibatkan distorsi dari alokasi sumber daya bank, interferensi terhadap mekanisme harga, pembatasan kredit, serta misalokasi dan distorsi dari kompetisi akibat penerapan batasan-batasan pada manajemen aset bank. Pada akhirnya, BOS lebih memilih untuk memakai instrumen-instrumen tidak langsung seperti RR dan OMO.
Reserve Requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan di BOS sedikitnya 20% (10% untuk simpanan dalam mata uang asing) dari total dana simpanan masyarakat (dengan pengecualian simpanan investasi) yang direfleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut:
Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang local;
Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti;
Pertanian;
Exspor;
Perindustrian;
pertambangan dan energi;
transportasi dan pergudangan;
profesional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil;
perumahan rakyat;
investasi pada pasar saham resmi Khartoum.
di mana minimum 90% dari dana kredit bank harus dialokasikan pada sektor prioritas tersebut dan sisanya dialokasikan pada sektor non-prioritas, termasuk perdagangan domestik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sektor prioritas;
Marjin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabahah (berkisar antara 10%-50% tergantung pada sektor dan mata uang yang digunakan);
Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musya sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk kredit (sampai dengan 1998);
Jendela pembiayaan sebagai fasilitas siaga yang dapat digunakan oleh bank-bank jika mereka memintanya baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan investasi;
Aturan-aturan kualitatif dan kuantitatif seperti:
Ketentuan minimum 50% dari total kredit yang diberikan harus untuk daerah rural;
Kelompok bank-bank dapat membentuk portofolio kredit untuk sektor prioritas hanya jika mereka memberitahukan BOS sebelumnya;
Kredit tidak akan diberikan kepada orang institusi yang gagal memenuhi kewajiban pada sistem perbankan kecuali jika di setujui sebelum oleh BOS;
Persentase tertentu akan diambil dari pendapatan bank yang gagal dalam menyelesaikan keterlambatan pembayaran kredit nasabahnya dimana jumlah nominalnya akan ditambahkan pada bad debt provision.
Seluruh kredit harus dipastikan (melalui bagian legal) mematuhi ketentuan syariah;
Foreigh Exchange Operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk fungsi kontrol likuiditas);
OMO dengan menggunakan instrument;
Central Bank Musharaka Certificate (CMC) di mana fungsi dari sekuritas Bank sentral konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasrkan sistem bagi hasil (yang sesuai syariah Islam) ini.
CMC mempunyai karakteristik sebagai berikut;
tidak mempunyai tanggal jatuh tempo;
berbasiskan ekuitas (equity-based) dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan pemerintah di bank-bank komersial:
mempunyai nilai nominal uniform yang sebanding dengan nilai akunting dari total jumlah investasi dibagi jumlah CMC yang diterbitkan;
dapat diperdagangkan oleh pemilik di pasar sekunder melalui prosedur administrasi standar, sedangkan pada pasar primer penjualan adalah melalui pelelangan;
Government Musharaka Certificate (GMC) yaitu instrumen yang memungkinkan pemerintah untuk melakukan pengumpulan dana melalui penerbitan sekuritas yang menjanjikan pada investor suatu pengembalian yang dinegosiasikan sebelumnya atas dasar investasi mereka pada kumpulan aset pemerintah yang berbentuk kepemilikan pada perusahaan-perusahaan publik atau patungan yang menguntungkan dalam operasinya. Secara garis besar, kegunaan GMC ini adalah sebagai berikut:
Pembiayaan anggaran,
Instrumen OMO bagi BOS;
Mobilisasi tabungan nasional;
Mendorong investasi;
Sebagai alat pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariah islam.
Ijara Certificate (sukuk) yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk memobilisasi simpanan jangka pendek yang digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur jangka Panjang yang dilakukan melalui sekuritisasi asset pemerintah berwujud seperti lapangan terbang, jalan raya, bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, penyulingan minyak, dan lainnya.
Dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh sckuritas jenis ini (pendapat sewa), serta basis asetnya (underlying asset) yang berwujud serta tersekuritisasi maka sukuk ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Sukuk ini adalah instnumen finansial yang merepresentasikan tiga perjanjian dasar yaitu:
Perjanjian pembelian aset:
Perjanjian sewa menyewa;
Perjanjian penjualan asset;
Iran
Iran adalah satu-satunya negara Islam yang menerapkan sistem perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori ekonomi Islam Mazhab I. Pada dasarnya, instrumen-instrumen moneter yang ada haruslah unsur yang dapat menjauhi riba dan hal-hal yang mengandung ketidakpastian. Ada banyak modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter di Iran terhadap sistem perbankannya agar tetap bisa kompetitif di era persaingan global ini.
Berikut adalah instrumen moneter yang dipakai oleh ororitas moneter di lran:
Reserve Requirement Ratio. Ketentuan rasion cadangan ini adalah antara 10% sampai dengan 30%. Biasanya digunakan untuk menyerap kelebihan dana bank yang dianggurkan yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan likuiditas;
Adjusted Open Market operations. Pada dasarnya OMO tidak dapat efektif digunakan pada negara yang pasar keuangannya atau finansialnya belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar dapat efektif, karena keharusan menghindari suatu operasi yang memakai instrumen yang berdasarkan suku bunga yang telah ditentukan (pre-determined interest based operation) bank-bank tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah kecuali dengan menggunakan sumber daya sendiri;
Discount Rates. Karena adanya pelarangan terhadap riba, maka instrumen jenis ini tidak digunakan seluas seperti pada sistem perbankan konvensional. Namun karena Bank Sentral adalah 'lender of the last resort' dan juga 'ultimate source of liquidity, maka Bank Sentral seharusnya dapat menyediakan likuiditas pada saat di mana bank-bank sangat membutuhkann
Kesimpulan
Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk menamabah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat dengan cara menaikan atau menurunkan duku bunga bank kebijakan ini dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat bisa menabung uangnya dibank. Naik turun nya ratio dibank ditentukan oleh kebijakan bank sental.
Dosen Pengampu : Anas Malik, S.E.I.,M.E.Sy
Disusun oleh : Kelompok 7
Kurnia Utami : 1651020041
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PRODI PERBANKAN SYARIAH A
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allas Swt. Karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu, adapun tujuan membuat makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Akad Bisnis dan Perbankan . Dalam makalah ini saya memahas tentang Kafalah dan Wakalah. Dalam menyelesaikan makalah ini saya menemui beberapa masalah yang dihadapi.
Namun karena ini adalah tugas sebagai kewajiban mahasiswa saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah ini. Dalam pengerjaan makalah ini pun saya berterimakasih kepada:
Bapak Anas Malik S.E.I., M.E.I yang telah memberikan tugas mata kuliah Ekonomi Makro. Adapun dengan pemberian tugas ini saya dapat menambah pengalaman dalam proses penyusunan makalah serta pembelajaran materi yang ditugaskan.
Beberapa pihak yang turut menyelesaiakan makalah ini,sehingga saya mudah menyelesaikan tugas makalah ini.Yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Saya pun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Tetapi semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 19 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Penghantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II Pembahasan
A. Instrumen Makro Konvensional 3
B. Instrumen Makro Islam 5
C.Aplikasi Instrumen Islam
BAB III Penutup
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter, Bank Sentral melakukan hal tersebut melalui kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan bank sental untuk mengendalikan jumlah maksimum suka bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bnak-bank dan menentukan porsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan dan kredit kontruksi lainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Instrument Moneter Konvensioanal?
2. Apa Saja Macam-Macam Instrument Moneter Konvensional?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Instrumen Moneter Islam?
4. Apa Saja Bagian-Bagian Instrumen Moneter Islam?
5.Apa Saja Aplikasi Instrument Moneter Islam?
C.Tujuan
1. Mengetahi Apa Yang Dimaksud Dengan Moneter Konvensional.
2. Mengetahui Macam-Macam Instrument Moneter Konvensional.
3. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Instrument Moneter Islam.
4. Mengetahui Bagian-Bagian Instrument Moneter Islam.
5. Mengetahui Apa Saja Aplikasi Instrument Moneter Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Moneter Konvensional
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai tukar uang suatu negara. otoritas moneter, atau Bank Sentral, melakukan hal tersebut melalu kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan, dan kredit konstruksi lainnya.
Tindakan-tindakan Bank Sentral dalam mengimplementasikan kebijakan- kebijakannya tersebut telah mengalami evolusi yang panjang sepanjang sejarah begitu juga dengan bentuk kebijakan dari Bank Sentral itu sendiri. Bank sentral tersebut dalam melakukan implementasi kebijakannya mempunyai empat macam instrumen (alat) utama yaitu:
1. Operasi pasar terbuka (Open Market operation) atau OMO yang memengaruhi jumlah uang beredar;
2. Tingkat diskonto (Discount Rate) atau fasilitas diskonto yang mempengaruhi biaya uang;
3. Ketentuan cadangan minimum (Restrve requirement) atau mempengaruhi jumlah minimum dana pihak ketiga yang harus di simpan (tidak boleh di salurkan sebagai kredit) oleh bank;
4. Himbauan moral (moral suasion) yang mempengaruhi tindak tanduk para banker dan manajer senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan operasional keseharian bisnisnya agar searah dengan kepentingan publik/pemerintah.
Dikarenakan adanya jeda waktu (time lag) antara penerapan (implementasi) kebijakan moneter dengan akibat pada tujuan akhir yang ingin dicapai di dalam menerapkan kebijakan moneter yang tepat untuk tujuan ekonomi tertentu,maka harus digunakan suatu sasaran antara (intermediate target) serta indikator antara. Oleh karna itu ,pemakain sasaran-sasaran antara dan indikator-indikator yang tepat adalah masalah yang mendasar dalam implementasi kebijakan moneter sebagai mana hal tersebut juga adalah tuntunan bagi pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan akhir.
5. Open Market Operation
Definisi open Operations (OMO) atau operasi Pasar Terbuka adalah pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah (government securities) yang diakukan oleh Bank Sentral. Sekuritas pemerintah tersebut biasarya berbentuk obligasi.Jika kita mengambil contoh Amerika Serikat, maka kita akan melihat bentuk-bentuk sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah (dalam hal ini Departemen Keuangan atau Treasury Department) seperti Treasury Bill atauT-Bill (Jangka pendek, <5 tahun) Treasury Notes (jangka menengah, 5 ~10 tahun), dan Treasury Bonds (jangka panjan >10 tahun) . Biasanya yang digunakan oleh Bank Sentral sebagai objek oMo adalah sekuritas pemerintah jangka pendek saja
Pada saat Bank Sentral melakukan kegiatan jual dan beli sekuritas pemerintah tersebut, perekonomian akan terpengaruh dalam tiga hal yaitu;
Perubahan jumlah giro cadangan(reserve) institusi finansial. Jika Bank Indonesi (BI) membeli Rp10 triliun obigasi pemerintah dari institusi penyimpanan finansial, maka BI dianggap telah membayar dengan meningkatkan jumlah cadangan giro institusi tersebut. Artinya, institusi penyimpanan finansial tersebut telah mengubah struktur aset dalam portofolionya. Institusi tersebut sekarang mempunyai kurang Rp10 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah dan Rp10 triliun lebih dalam bentuk giro cadangan pada BI. BI sekarang mempunyai kenaikan Rp10 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah pada asetnya dan kewajibannya meningkat Rp10 triliun dalam bentuk cadangan giro dari institusi penyimpanan finansial. Giro cadangan institusi finansial juga meningkat apabila BI membeli obligasi pemerintah dari sektor swasta. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila BI membeli obligasi pemerintah, maka giro cadangan institusi penyimpanan finansial akan meningkat sejumlah obligasi pemerintah yang dibeli oleh BI tersebut. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa jika hal-hal lainya tetap, maka jumlah penawaran uang akan meningkat (M*↑) dalam jumlah tertentu dari pembelian yang dilakukan oleh BI tersebut dimana tingkat kegiatan perekonomian akan meningkat pula. Sebaliknya jika BI menjual obligasi pemerintah , maka akan terjadi hal-hal yang sebaliknya dimana akan terjadi kontraksi pada penawaran uang (M*↓) yangakan berakibat pada turunya tingkat kegiatan perekonomian.
Perubahan harga dan hasil (yield) dari sekuritas apabila terjadi perubahan harga obligasi , maka akan terjadi perubahan dari hasil (yield) dari obligasi tersebut. Peningkatan pembelian obligasi akan mengakibatkan peningkatan harga obligasi yang akan mengakibatkan sejumlah penurunan dari yeard obligasi tersebut, sebaliknya penurunan pembelian obligasi akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan meningkatkan yield dari obligasi tersebut. Karna bank sentral adalah pembeli/penjual besar dari sekuritas pemerintah relative di banding pembeli/penjual lainya sehingga bank sentral dapat secara langsung mempengaruhi tingkat harga dari obligasi pemerintah tersebut, serta secara langsung memengaruhi tingkat bunga yang kemudian akan memengaruhi tingkat suku bunga jangka pendek lainnya. Pada prinsipnya, Bank Sentral dapat memengaruhi tingkat bunga jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang dengan melakukan pembelian atau penjualan secara agresif pada pasar pasar tersebut. Untuk memelihara suatu tingkat harga tertentu (sekaligus juga tingkat suku bunga tertentu) dari suatu obligasi, Bank Sentral hanya perlu memiliki kesiapan untuk membeli ataupun menjual sekuritas pemerintah dalam jumlah sebesar yang para pedagang (trader) lainnya bersedia untuk menjual atau membelinya pada harga tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Bank Sentral tidak dapat memagu tingkat suku bunga serta sekaligus memagu pertumbuhan penawaran uang pada tingkat yang tidak konsisten dengan tingkat suku bunga yang tertentu tersebut.
Perubahan perkiraan (expectation) dari keseluruhan perekonomian. Terdapat suatu efek yang dinamakan 'announcement effect" dari kegiatan OMO yang dila- kukan oleh Bank Sentral. Para ekonom dan analis moneter yang bekerja di Bank Sentral akan mengamati, menelaah, dan kemudian membuat suatu prediksi tentang bagaimana efek dari OMO yang akan terjadi terhadap variabel-variabel ekonomi seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan juga pada kehidupan keseharian mereka sendiri. Sayangnya, tidak ada suatu kesepakatan umum di antara para ekonom tentang bagaimana perkiraan perubahan khususnya jika terjadi perubahan akibat OMO tertentu. Contohnya adalah jika Bank Sentral melakukan pembelian sekuritas pemerintah yang di satu pihak dapat dianggap sebagai kebijakan moneter ekspansioner yang mengakibatkan turunnya tingkat suku bunga, meningkatnya produksi dan investasi bisnis, serta meningkatnya tingkat pembelanjaan konsumen . di lain pihak, suatu kebijakan moneter yang ekspansioner akan mendorong timbulnya harapan tentang akan tetap tingginya penawaran uang di masa depan dan antisipasi terhadap inflasi. Perkiraan akan tingginya inflasi akan mendorong kreditor untuk menambahkan premi inflasioner pada suku bunga riil yang akan mengakibatkan naiknya tingkat suku bunga nominal, Lebih lanjut, perkiraan akan tingginya tingkat inflasi menghambat terjadinya investasi bisnis dan pembelanjaan konsumen
Biasanya kebijakan OMO ini dikeluarkan dan ditentukan melalui suatu komite operasi pasar terbuka. Jika mengambil contoh Amerika Serikat, Federal Reserve system (Bank Sentral Amerika Serikat) atau 'The Fed' mempunyai suatu komit yang dikenal dengan nama FOMC (Federal open Market Committee). FOMC inilah yang memberikan arahan (directive) kepada account managers dari badan pelaksana (New York Fed). Arahan FOMC pada account managers tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu
Bagian A: Pernyataan kualitatif dari tujuan stabilisasi contohnya adalah, tingkat pengangguran yang rendah, tingkat inflasi yang rendah, pertumbuhan output riil yang stabil, serta perbaikan neraca pembayara;
Bagian B: Rentang sasaran yang spesifik untuk tahun depan. Sasaran-sasaran dapat berbeda-beda setiap tahunnya, tetapi biasanya dinyatakan sebagai kondisi kredit, tingkat suku bunga, dan agregat moneter seperti M1 dan M2,
Bagian C: daftar tujuan jangka pendek (2 bulan ) yang berkaitan dengan hari- hari besar/khusus tertentu, di mana kebocoran uang (currency leakages) besar terjadi, yang konsisten dengan tujuan di Bagian B .
FOMC tidak menentukan tujuan tertentu untuk cadangan dalam sistem. Adalah bergantung pada account managers untuk menentukan nilai nominal uang dari seku ritas yang akan diperjualbelikan di pasar terbuka dalam rangka mencapai tujuan yang dimandatkan dalam arahan. Tentu saja kekuasaan dari account managers tersebut tidak terbatas, apabila FOMC merasa arahannya tidak dilaksanakan, maka FOMC dapat saja mengeluarkan instruksi verbal tambahan kepada account managers tersebut sebelum pertemuan berkala FOMC (13 kali dalam setahunnya) yang berikutnya.
Arahan FOMC tersebut tidak secara langsung dipublikasikan secara umum namun biasanya setelah 30 hari sejak tanggal dikeluarkan. Alasan dari hal tersebut adalah karena sebagian orang dapat bertindak lebih cepat dari sebagian orang yang lainnya dan mengambil keuntungan dari hal tersebut sehingga terjadi kerugian pada pihak-pihak tertentu sehingga FOMC perlu melakukan tindakan pencegahan.
Pelaksanaan kebijakan tersebut dengan kerahasiaan yang amat sangat dilakukan dengan cara melakukan jual dan beli secara simultan melalui pedagang-pedagang sekuritas agar net poison The Fed tidak dapat dengan mudah diketahui.Namun demikian, ada kritik yang menghendaki akar informasi tersebut dipubli kasikan secepatnya karena pada zaman globalisasi informasi ini pembukaan informasi jarang menguntungkan sebagian orang dan sekaligus merugikan sebagian orang. Yang jelas, menurut kritik tersebut, kerahasiaan kebijakan hanya akan menciptakan keuntungan yang tinggi (high premium) bagi orang-orang yang mendapatkan informasi dari dalam (inside information).
Dalam operasional kesehariannya, setelah account managers tersebut menerima arahan dari FOMC, maka mereka akan mengarahkan trading staff-nya dan kemudin terjadilah aksi-transaksi OMO. Dalam pelaksanaannya, OMO terdiri dari dua jenis transaksi yaitu:
1. pembelian dan penjualan lengkap di mana jika bank sentral menjual suatu sekuritas, maka tidak ada kewajiban bagi bank sentral untuk membelinya kembali. Begitu juga sebaliknya bagi pembeli tidak ada kewajiban menjualnya kembali kepada bank sentral;
2. Pembelian di bawah perjanjian pembelian kembali (REPO) dan penjualan yang sesuai di bawah perjanjian penjualan kembali (Reverse REPO atau matched transaction). Dalam hal ini, bank sentral membeli sekuritas dari dealer dan dealer sepakat untuk membeli kembali sekuritas tersebut dengan harga dan waktu tertentu. Dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman kepada dealer dan tingkat suku bunga ditentukan melalui pelelangan di antara dealer. Reverse REPO adalah sebaliknya, The Fed menjual sekuritas kepada dealer dan dealer menjual kembali sekuritas tersebut kepada The Fed.
Awalnya REPO dan Reverse REPO, yang merupakan kontrak jangka sangat pendek (angka 7~15 hari) ini digunakan terutama oleh bank-bank komersial besar dan dealer sekuritas pemerintah untuk pembiayaan alternative dari simpanan sekuritas pemerintahnya. Namun pada akhir-akhir ini REPO dan Reverse REPO tersebut telah digunakan secara rutin oleh berbagai institusi finansial baik bank maupun non-bank dalam berbagai ukuran, sehingga New York Fed cenderung menggunakan transaksi REPO dan Reverse REPO tersebut untuk mengimplementasikan arahan kebijakan moneter dan menjadikannya sebagai suatu alat investasi untuk institusi keuangan asing serta juga bagi otoritas moneter asing.
Melihat kepada rentang waktunya, dapat diindikasikan bahwa penggunaan REPO dan Reverse REPO dalam OMO ini hanya pada saat The Fed ingin mengubah cadangan institusi penyimpanan finansial secara temporer.
Dynamic OMO didesain untuk mengubah tingkat cadangan dari instituti penyimpanan finansial melalui penjualan dan pembelian sekuritas secara menyeluruh. Sebaliknya, Defensive OMO penyesuai penyeimbang yang ditujukan untuk memelihara tingkatan keseluruhan cadangan dari institusi penyimpanan. Dari waktu ke waktu perekonomian menghadapi berbagai kejadian baik yang sudah diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang secara otomatis dan temporer mengubah cadangan total dan atau penawaran uang.
Dalam rangka menjaga perekonomian pada tingkatan tertentu serta memelihara cadangan keseluruhan, tindakan defensif jangka pendek sangat dibutuhkan. REPO dan Reverse REPO, karena sifat alamiahnya yang berjangka pendek tersebut, dirancang untuk menjadi media defensif, di mana REPO adalah untuk menyediakan cadangan temporer, sedangkan Reverse REPO untuk mengurangi kelebihan cadangan temporer (temporary reserve excess).
1. Discount Rate
Instrumen kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank-bank untuk meminjam uang secara langsung kepada bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct advance atau over-draft yang disekuritisasi dengan aset-aset tertentu (biasanya sekuritas pemerintah) pada saat sekarang. Biaya peminjaman (bunga) dari pinjaman itulah yang disebut sebagai ‘Discount Rate’ atau Fasilitas Diskonto.
Pada saat ini, hanya sebagian kecil dari cadangan yang dimiliki oleh bank-bank yang dipinjam dari Bank Sentral. Kebanyakan peminjaman yang dilakukan oleh bank- bank adalah untuk kepentingan pemenuhan pembayaran dana pencairan simpanan yang dilakukan oleh nasabah penyimpan atau deposan serta (reserve outlow), sehingga peminjaman tersebut biasanya dilakukan hanya untuk penyesuaian dan jangka waktu beberapa hari saja. Ketersediaan dana kredit ini mengizinkan bank sentral untuk menarik cadangan dari sistem perbankan melalui OMO, jika dianggap perlu dalam pencapaian kebijakan makroekonomi, tanpa perlu khawatir tentang adanya bank-bank yang menghadapi kesulitan memenuhi keten- tuan Reserve Requirement-nya.
Fasilitas Diskonto ini juga membuat bank-bank yang kesulitan dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya (seasonal reserve deficiency) tanpa harus mengurangi portofolio peminjaman atau melakukan penyesuaian-penyesuaian lainnya. Ketersediaan kredit ini juga membebaskan bank-bank (terutama bank-bank kecil dan bank-bank rural yang biasanya kurang akses dan atau informasi terhadap pasar uang nasional) untuk harus memegang portofolio aset likuid (seperti jangka pendek pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi kebutuhan peminjaman musiman. Akibatnya, bank-bank tersebut dapat menggunakan bagian yang lebih besar dana yang dapat diserapnya (giro-tabungan-deposito) dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan dana kredit oleh masyarakat dalam basis tahunan. Karena sifat alamiah dari pinjaman musiman, kredit tersebut sering kali sangat besar pada bank-bank tertentu serta berlangsung beberapa bulan lamanya.
Akses bank-bank terhadap sistem peminjaman tersebut tidaklah otomatis karena adanya sistem yang mengendalik besaran peminjamannya melalui surat prosedur adminitrasi serta peraturan dan kondisi suatu (yang mengevaluasi kelayakan alasan pinjaman tersebut) Bank Sentral dan melalui penyesuaina dari tingkat diskoto. Kadangkala, tingkat diskoto diubah untuk menciptakan sinyal yang nyata tentang arah tingkat suku bunga dinginkan oleh Bank Sentral. Lebih sering lagi adalah pergerakan tingkat diskoto merefleksikan penyesuaian yang mencegahnya bias dari tingkat bunga pasar.
Kredit yang diberikan oleh bank sentral tersebut biasanya terdiri dari tiga kategori yaitu:
1. Kredit Penyesua (Adjustment Credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi untuk menghadapi aktivitas peminjaman dan kredi yang tidak terantisipasi;
2. Kredit Musiman (Seasortul Credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi tertentu (seperti bank pertanian) untuk mempunyai akses khusus pada jendela diskoto (discount window) untuk membiayai aktivitas musiman seperti liburan, musim tanam, dan musim panen. Kredit musiman ini biasanya disediakan untuk institusi-institusi peminjaman yang tidak mempunyai akses dan atau informasi ke pasar uang nasional;
3. Kredit Perpanjangan (Extended credit), Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang dari institusi peminjaman yang sedang menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh masalah arus kas yang berlarut-larut.
Jika bank sentral mampu dan bersedia untuk menyediakan kredit dengan tingkat suku bunga tertentu dan dalam jumlah berapa pun, maka dapat dikatakan bahwa dengan instrumen tingkat diskonto ini bank sentral dapat mengendalikan tingkat bunga jangka pendek secara langsung.
Reserve Requirement
Industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banya dibuat peraturan tentangnya (heavily regulated industry). Salah satu bentuk pengaturan tersebut adalah Ketentuan Cadangan Minimum (Reserve Requirement) atau RR yang biasanya ditetapkan berdasarkan suatu undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Peraturan RR ini dirancang untuk menjamin pemilik uang atau nasabah penyimpan (deposan)yang menyimpan uang di bank akan mendapatkan uangnya jika ia menarik simpanannya (deposit). Walaupun demikian, tidak semua dana simpanan tersebut dicadangkan karena bagi bank sendiri sebenarnya RR ini mergikan karena idle cash yang diatur oleh RR tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Peraturan RR ini sendiri berubah-ubah besaran persentasenya untuk mengakomodasi dan memfasilitasi peraturan moneter yang berlaku serta untuk tujuan atau sasarannya bank sentral.
Dalam praktiknya RR ini menentukan berapa besar persentase minimum dari dana simpanan deposan yang harus dicadangkan oleh bank baik di dalam kasnya tersebut pada rekeningnya di bank sentral. Pada waktu yang lalu dana cadangan lebih besar untuk demand deposit (rekening giro) dibandingkan dengan cadangan untuk time deposit (deposito berjangka), namun pada saat ini ketentuan RR ini dihitung berdasarkan simpanan total deposan tanpa membedakan apakah itu giro, tabungan, ataupun deposito. Dibanyak negara ketentuan RR ini oleh bank sentralnya diharuskan agar dihitung dalam jangka waktu mingguan dan menjadi kewajiban bagi bank-bank untuk memenuhinya.
Moral Suasion
Bank sentral menggunakan pengaruhnya (kekuatan himbauan moral) untuk mendorong institusi finansial agar cenderung berpihak kepada kepentingan publik. Bank Sentral biasanya menggunakan himbauan moral untuk meyakinkan para bankir dan manajer senior institusi-institusi finansial agar lebih memerhatikan kepentingan jangka panjang dari pada kepentingan jangka pendek institusinya. Contohnya adalah pada saat terjadi inflasi, bank sentral dapat menyarankan pada institusi-institusi finansial agar mengurangi pemberian pinjaman (kredit) yang sekaligus juga bersifat mendinginkan perekonomian yang sedang panas (overheated).
Dalam praktiknya, himbauan moral dapat ditransformasikan menjadi suatu instrumen yang sangat hebat yaitu apabila bank sentral mengumumkan bahwa bank sentral akan mencatat institusi-institusi mana saja yang bekerja sama dan mana yang tidak meminjamkan pada discount window. Lebih dari itu, karena bank sentral dapat melarang penggabungan (merger) bank-bank, bank sentral mempunyai kekuasaan untuk menggunakan himbauan moral tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran dari kebijakan moneter.
B. Aplikasi Instrumen Moneter 1.Konvensional di Indonesia
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, seperti juga bank sentral lainnya di dunia, mempunyai beberapa instrumen moneter yang antara lainnya sebagai berikut:
OMO melalui jual beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar uang (saat ini tingkat suku adalah sebesar 17,58%);
RR yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) (sebesar 5% pada saat ini);
Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditentukan Bank Indonesia (BI)( sebesar 8% pada saat ini;
Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti sektor usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan;
Sistem pengawasan perbankan yang memakai sistem forward looking risk-based supervision yang mengacu pada standar internasional;
Fit end Proper Test yang ditujukan untuk orang-orang yang akan menduduki posisi penting di bank-bank umum di mana orang-orang tersebut harus lulus tes sebelum menduduki jabatan tersebut;
BPMK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) yang ditujukan untuk membatasi pemberian kredit kepada kelompok usaha sendiri oleh bank-bank
C. Instrumen moneter Islam
1.Mazhab pertama( Iqtishaduna)
Pada masa awal Islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan- perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan diskresioner. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan uang. karena kredit hanya digunakan di antara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promissory notes) dan instrumen negosiasi (negotiable instruments) dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit tersebut menciptakan uang.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Tujuan kebijakan moneter yang diberlakukan oleh pemerintah adalah maksimisasi sumber daya (resources) yang ada agar dapat dialokasikan pada kegiatan perekonomian yang produktif. Di dalam Alquran sudah jelas bahwa kita diarang untuk melakukan penumpukan uang (money hoarding) yang pada akhirnya akan menjadikan uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kekayaan yang iddle tersebut akan menjadikan sumber dana yang pada awalnya bersifat produktif menjadi tidak produktif. Oleh sebab itu, mazhab kedua ini merancang sebuah instrumen kebijakan yang ditujukan untuk memengaruhi besar kecilnya permintaan uang (MD) agar dapat dialokasikan pada peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.
3. Mazhab Ketiga (Alternatif )
Mazhab ketiga ini sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran ilmiah. dari Dr M.A. Choudhury. Sistem yang kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah syuratig process yaitu di mana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian dituangkan dalam bentuk instrumen biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan- kebijakan di sektor riil.
Menurut pemikiran yang ada pada mazhab ini, kebijakan moneter itu adalah repeated games in game theory di mana bentuk kurva penawaran dan permintaan uang adalah seperti tambang yang melilit dan ber-slope positif sebagai akibat dari knowledge induced process dan informasi sharing yang amat baik. Untuk lebih jelasnya marilah kita telaah ilustrasi grafis sebagai berikut;
Bagaimana bisa begitu Jika kita ingin kembali bahwa mazhab yang mengatakan bahwa keseimbangan yang terjadi di sektor moneter adalah derivasi dari keseimbangan terjadi di sektor riil ditambah pula bahwa kebijakan sektor moneter adalah harmonisasi dengan kebijakan di sektor riil lebih jelas ya marilah kita perhatikan ilustrasi
Jadi pergeseran dan pergerakan permintaan agregat dan penawaran agregat hias akan menghasilkan persyaratan pergerakan permintaan uang MD yang ini akan ditindaklanjuti dengan kebijakan moneter yang diimplementasikan dengan instrumen-instrumen wanita sehingga terjadi pergeseran dan pergerakan penawaran uang MD hal ini Jika melihat pada teori ekonomi konvensional adalah apa yang dinamakan dengan Dynamic equilibrium.
Contoh dari proses dl atas adalah jika terjadi peningkatan permintaan Agregatif (pada ilustrasi AD1 ke AD2) sebagai akibat dari peningkatan-peningkatan pada tingkat konsumsi,atau net-exsport atau tingkat investasi, atau tingkat pembelanjaan pemerintah, maka akan terjadi kenaikan permintaan uang (pada gambar MD1 ke MD2) di pasar uang. Respon dari Bank Sentral sebagai otoritas moneter, yang sesuai dengan mazhab ini di mana otoritas moneter hanya mengeluarkan kebijakan yang harmonis dengan kondisi sektor riil, adalah dengan meningkatkan penawaran uang (pada ilustrasi dari MS1 MS2). Jika kemudian terjadi lagi peningkatan permintaan uang (MD), maka otoritas moneter akan merespon dengan hal yang sama yaitu meningkatkan lagi penawaran uang (MS).
Harmonisasi antara sektor riil dan sektor moneter yang kemudian menurut Dr.M.A. Choudhury akan menghasilkan suatu kurva jangka panjang MS dan MD yang berbentuk seperti jalinan tambang yang harmonis dengan pertumbuhan pendapatan nasional (Y).
Aplikasi Instrumen Moneter Islam
1. Sundan
Pada masa sebelum diberlakukannya syariah Islam pada sistem perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan (BOS) sangat tergantung pada instrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga, plafon kredit (credit ceiling), ketentuan rasio likuiditas (statutory liquidity ratio), dan tingkat diskonto. Pada awalnya instrumen- instrumen tersebut sangat efektif karena perekonomian Sudan yang mempunya karakteristik yaitu sistem finansial yang non-kompetitif, pasar model primer dan sekunder yang belum berkembang, serta kelangkaan modal. Namun karena instrumen-instrumen langsung tersebut mengakibatkan distorsi dari alokasi sumber daya bank, interferensi terhadap mekanisme harga, pembatasan kredit, serta misalokasi dan distorsi dari kompetisi akibat penerapan batasan-batasan pada manajemen aset bank. Pada akhirnya, BOS lebih memilih untuk memakai instrumen-instrumen tidak langsung seperti RR dan OMO.
Reserve Requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan di BOS sedikitnya 20% (10% untuk simpanan dalam mata uang asing) dari total dana simpanan masyarakat (dengan pengecualian simpanan investasi) yang direfleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut:
Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang local;
Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti;
Pertanian;
Exspor;
Perindustrian;
pertambangan dan energi;
transportasi dan pergudangan;
profesional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil;
perumahan rakyat;
investasi pada pasar saham resmi Khartoum.
di mana minimum 90% dari dana kredit bank harus dialokasikan pada sektor prioritas tersebut dan sisanya dialokasikan pada sektor non-prioritas, termasuk perdagangan domestik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sektor prioritas;
Marjin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabahah (berkisar antara 10%-50% tergantung pada sektor dan mata uang yang digunakan);
Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musya sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk kredit (sampai dengan 1998);
Jendela pembiayaan sebagai fasilitas siaga yang dapat digunakan oleh bank-bank jika mereka memintanya baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan investasi;
Aturan-aturan kualitatif dan kuantitatif seperti:
Ketentuan minimum 50% dari total kredit yang diberikan harus untuk daerah rural;
Kelompok bank-bank dapat membentuk portofolio kredit untuk sektor prioritas hanya jika mereka memberitahukan BOS sebelumnya;
Kredit tidak akan diberikan kepada orang institusi yang gagal memenuhi kewajiban pada sistem perbankan kecuali jika di setujui sebelum oleh BOS;
Persentase tertentu akan diambil dari pendapatan bank yang gagal dalam menyelesaikan keterlambatan pembayaran kredit nasabahnya dimana jumlah nominalnya akan ditambahkan pada bad debt provision.
Seluruh kredit harus dipastikan (melalui bagian legal) mematuhi ketentuan syariah;
Foreigh Exchange Operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk fungsi kontrol likuiditas);
OMO dengan menggunakan instrument;
Central Bank Musharaka Certificate (CMC) di mana fungsi dari sekuritas Bank sentral konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasrkan sistem bagi hasil (yang sesuai syariah Islam) ini.
CMC mempunyai karakteristik sebagai berikut;
tidak mempunyai tanggal jatuh tempo;
berbasiskan ekuitas (equity-based) dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan pemerintah di bank-bank komersial:
mempunyai nilai nominal uniform yang sebanding dengan nilai akunting dari total jumlah investasi dibagi jumlah CMC yang diterbitkan;
dapat diperdagangkan oleh pemilik di pasar sekunder melalui prosedur administrasi standar, sedangkan pada pasar primer penjualan adalah melalui pelelangan;
Government Musharaka Certificate (GMC) yaitu instrumen yang memungkinkan pemerintah untuk melakukan pengumpulan dana melalui penerbitan sekuritas yang menjanjikan pada investor suatu pengembalian yang dinegosiasikan sebelumnya atas dasar investasi mereka pada kumpulan aset pemerintah yang berbentuk kepemilikan pada perusahaan-perusahaan publik atau patungan yang menguntungkan dalam operasinya. Secara garis besar, kegunaan GMC ini adalah sebagai berikut:
Pembiayaan anggaran,
Instrumen OMO bagi BOS;
Mobilisasi tabungan nasional;
Mendorong investasi;
Sebagai alat pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariah islam.
Ijara Certificate (sukuk) yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk memobilisasi simpanan jangka pendek yang digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur jangka Panjang yang dilakukan melalui sekuritisasi asset pemerintah berwujud seperti lapangan terbang, jalan raya, bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, penyulingan minyak, dan lainnya.
Dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh sckuritas jenis ini (pendapat sewa), serta basis asetnya (underlying asset) yang berwujud serta tersekuritisasi maka sukuk ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Sukuk ini adalah instnumen finansial yang merepresentasikan tiga perjanjian dasar yaitu:
Perjanjian pembelian aset:
Perjanjian sewa menyewa;
Perjanjian penjualan asset;
Iran
Iran adalah satu-satunya negara Islam yang menerapkan sistem perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori ekonomi Islam Mazhab I. Pada dasarnya, instrumen-instrumen moneter yang ada haruslah unsur yang dapat menjauhi riba dan hal-hal yang mengandung ketidakpastian. Ada banyak modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter di Iran terhadap sistem perbankannya agar tetap bisa kompetitif di era persaingan global ini.
Berikut adalah instrumen moneter yang dipakai oleh ororitas moneter di lran:
Reserve Requirement Ratio. Ketentuan rasion cadangan ini adalah antara 10% sampai dengan 30%. Biasanya digunakan untuk menyerap kelebihan dana bank yang dianggurkan yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan likuiditas;
Adjusted Open Market operations. Pada dasarnya OMO tidak dapat efektif digunakan pada negara yang pasar keuangannya atau finansialnya belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar dapat efektif, karena keharusan menghindari suatu operasi yang memakai instrumen yang berdasarkan suku bunga yang telah ditentukan (pre-determined interest based operation) bank-bank tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah kecuali dengan menggunakan sumber daya sendiri;
Discount Rates. Karena adanya pelarangan terhadap riba, maka instrumen jenis ini tidak digunakan seluas seperti pada sistem perbankan konvensional. Namun karena Bank Sentral adalah 'lender of the last resort' dan juga 'ultimate source of liquidity, maka Bank Sentral seharusnya dapat menyediakan likuiditas pada saat di mana bank-bank sangat membutuhkann
Kesimpulan
Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk menamabah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat dengan cara menaikan atau menurunkan duku bunga bank kebijakan ini dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat bisa menabung uangnya dibank. Naik turun nya ratio dibank ditentukan oleh kebijakan bank sental.
Komentar
Posting Komentar